asdfsdfsdf
SMART CENTER didirikan atas dasar pemikiran terkait peningkatan konsumsi bahan bakar fosil, sementara ketersediaan cadangan terus berkurang. Selain konsumsi industri dan rumah tangga, kebutuhan energi dunia semakin meningkat akibat pesatnya perkembangan transportasi. Lebih dari 60% dari total produksi minyak dikonsumsi sebagai konsekuensi dari pertumbuhan populasi global dan urbanisasi. Akibatnya, sektor transportasi adalah penyumbang terbesar keempat gas rumah kaca (GRK) di dunia dengan sekitar 14% setelah listrik dan produksi panas (25%), pertanian, kehutanan, dan penggunaan lahan (24%), dan sektor industri (21%) (IEA, 2019).
Penggunaan bensin dan solar pada tahun 2018 mencapai lebih dari 80 kuadriliun Btu dari total konsumsi energi sekitar 115 kuadriliun Btu. Namun, bahan bakar fosil sangat terbatas dan terdistribusi tidak merata sehingga beberapa negara dapat secara mandiri menyediakan jumlah yang mereka butuhkan dengan harga rendah sementara sebagian besar lainnya bergantung pada negara lain karena kekurangan sumber daya. Selain itu, bahan bakar konvensional menyebabkan lebih banyak polusi terhadap lingkungan. Selama satu dekade terakhir, ketahanan energi, perubahan iklim, dan peningkatan permintaan energi global secara bertahap mulai menarik perhatian publik. Konsumsi energi di sektor transportasi tidak hanya menimbulkan kekhawatiran tentang ketahanan energi dan GRK tetapi juga menyebabkan penurunan kualitas udara, terutama di kota-kota besar dan kawasan industri yang berdampak pada kesehatan manusia (Colvile et al., 2001).
Untuk mengurangi ketergantungan pada minyak dan mengembangkan industri dan transportasi yang berkelanjutan, banyak negara berencana untuk mengganti bahan bakar konvensional dengan bahan bakar alternatif di masa depan (Achtnicht et al., 2012). Biofuel adalah salah satu pilihan yang dipertimbangkan dan mereka sangat menjanjikan dalam hal keberlanjutan karena kemungkinan memproduksinya dari tanaman. Namun, produksi biofuel skala besar seperti bioetanol atau biodiesel dari tumbuhan dan turunannya bertentangan dengan ketersediaan lahan untuk menyediakan makanan (Kline et al., 2017; Ravindranath et al., 2011; Thompson, 2012). Selanjutnya, pemerintah dituntut untuk menyiapkan kebijakan yang andal karena produksi dan implementasi biofuel tidak hanya mempengaruhi ketersediaan energi tetapi juga keseimbangan sosial ekonomi dan lingkungan. Jika tidak dijaga dengan baik, dapat juga terjadi deforestasi dan kerusakan sumber daya alam hayati (Joshi et al., 2017; Rodionova et al., 2017). Sebagai contoh, produksi dan aplikasi etanol telah berhasil dilakukan di Brazil dengan ketersediaan lahan yang luas (Augusto Horta Nogueira & Silva Capaz, 2013). Namun, Afrika Selatan dengan lahan yang cukup untuk memproduksi tanaman penghasil biofuel tanpa mempertaruhkan ketahanan pangan sudah memiliki kebijakan tetapi pengembangannya belum mencapai potensinya (Pradhan & Mbohwa, 2014).
Referensi
Achtnicht, M., Bühler, G., & Hermeling, C. (2012). The impact of fuel availability on demand for alternative-fuel vehicles. Transportation Research Part D: Transport and Environment, 17(3), 262–269. https://doi.org/10.1016/j.trd.2011.12.005
Augusto Horta Nogueira, L., & Silva Capaz, R. (2013). Biofuels in Brazil: Evolution, achievements and perspectives on food security. Global Food Security, 2(2), 117–125. https://doi.org/10.1016/j.gfs.2013.04.001
Colvile, R. ., Hutchinson, E. ., Mindell, J. ., & Warren, R. . (2001). The transport sector as a source of air pollution. Atmospheric Environment, 35(9), 1537–1565. https://doi.org/10.1016/S1352-2310(00)00551-3
IEA. (2019). World Energy Outlook 2019. https://doi.org/10.6027/9789289329996-1-en
Joshi, G., Pandey, J. K., Rana, S., & Rawat, D. S. (2017). Challenges and opportunities for the application of biofuel. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 79(March), 850–866. https://doi.org/10.1016/j.rser.2017.05.185
Kline, K. L., Msangi, S., Dale, V. H., Woods, J., Souza, G. M., Osseweijer, P., Clancy, J. S., Hilbert, J. A., Johnson, F. X., McDonnell, P. C., & Mugera, H. K. (2017). Reconciling food security and bioenergy: priorities for action. GCB Bioenergy, 9(3), 557–576. https://doi.org/10.1111/gcbb.12366
Pradhan, A., & Mbohwa, C. (2014). Development of biofuels in South Africa: Challenges and opportunities. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 39(2014), 1089–1100. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/j.rser.2014.07.131
Ravindranath, N. H., Sita Lakshmi, C., Manuvie, R., & Balachandra, P. (2011). Biofuel production and implications for land use, food production and environment in India. Energy Policy, 39(10), 5737–5745. https://doi.org/10.1016/j.enpol.2010.07.044
Rodionova, M. V., Poudyal, R. S., Tiwari, I., Voloshin, R. A., Zharmukhamedov, S. K., Nam, H. G., Zayadan, B. K., Bruce, B. D., Hou, H. J. M., & Allakhverdiev, S. I. (2017). Biofuel production: Challenges and opportunities. International Journal of Hydrogen Energy, 42(12), 8450–8461. https://doi.org/10.1016/j.ijhydene.2016.11.125
Thompson, P. B. (2012). The agricultural ethics of biofuels: The food vs. fuel debate. Agriculture (Switzerland), 2(4), 339–358. https://doi.org/10.3390/agriculture2040339